Nibras Inspirations

Sabtu, 14 Desember 2013
Jumat, 13 Desember 2013
Ebook Belajar Membuat Aplikasi Android Untuk Pemula

silahkan download

Tanda-Tanda Hati Yang Sakit

Ia diuji oleh dua penyeru: yang satu menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya serta hari akhirat, sedang yang lain menyeru kepada kenikmatan sesaat. Dan ia akan memenuhi salah satu diantara yang paling dekat pintu dan letaknya dengan dirinya.” (Mawaaridul Amman hal. 37)
1. Tidak mengenal Allah, tidak mencintai-Nya, tidak merindukan perjumpaan dengan-Nya, dan tidak mau kembali ke jalan-Nya serta lebih suka mengikuti hawa nafsu.
Ia lebih suka mendahulukan kepentingan pribadi dan syahwatnya daripada ta’at dan cinta kepada Allah .
Allah berfirman,
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”
(QS. Al Furqaan: 43)2. Tidak merasakan sakitnya hati dengan sebab luka-luka maksiat
Seperti ungkapan pepatah:
“Luka tidak terasa sakit bagi orang mati.”
Karena hati yang sehat pasti merasa sakit dan tersiksa dengan perbuatan maksiat. Hal itulah yang membuatnya tergerak untuk kembali bertaubat kepada Rabb-nya.
Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَان تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka
dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari syaithan, mereka pun
segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat
(kesalahan-kesalahannya).” (QS. Al A’raaf: 201)Sedangkan orang yang hatinya sakit selalu mengikuti keburukan dengan keburukan juga.
Allah berfirman,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekalli-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthaffifiin: 14)Al-Hasan al-Bashri -rahimahullah- mengatakan, “Itu adalah dosa di atas dosa sehingga membuat hati menjadi buta lalu mati.” (Tafsir Ibnu Katsir). Sementara hati yang sehat selalu mengikuti keburukan dengan kebaikan dan mengikuti dosa dengan tobat.
Tidak merasa sakit (tidak merasa tersiksa) dengan kebodohannya (ketidaktahuannya) akan kebenaran. Berbeda dengan hati yang sehat, yang akan merasa sakit dengan datangnya syubhat (ketidak-jelasan) pada dirinya.
Seorang ulama mengatakan, “Tidak ada dosa yang lebih buruk selain kebodohan.”
Imam Sahl pernah ditanya, “Wahai Abu Muhammad! Apa yang lebih buruk daripada kebodohan?” Ia menjawab,”Kebodohan akan kebodohan (tidak tahu bahwa dirinya bodoh).” Lalu ada yang berkomentar, “Dia benar, karena hal itu menutup pintu ilmu secara total.”
Hati yang sakit meninggalkan makanan yang bermanfaat dan memilih racun yang berbahaya.
Seperti keengganan sebagian besar orang untuk mendengarkan Al Qur’an yang dikabarkan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya:
{ وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا }
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim
(AlQur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al Israa’: 82)Mereka memilih mendengarkan lagu-lagu yang menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, membangkitkan birahi dan mengandung kekufuran kepada Allah. Seseorang mengerjakan perbuatan maksiat karena kecintaannya pada apa yang dibenci oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya.
Keberanian berbuat maksiat adalah buah dari penyakit yang bersarang di dalam hati dan bisa memperparah penyakit yang ada di dalam hati tersebut. Dan bila hati seseorang sehat, ia akan menyukai apa yang disukai Allah dan apa yang disukai Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Allah berfirman:
{
…وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي
قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ }
“…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (
iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al Hujuraat: 7)Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
(( ذاق طعم الإيمان من رضي باللّه ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولا ))
“Telah merasakan lezatnya iman orang yang meridhai Allah sebagai
Rabb-nya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR.
Muslim)Kamis, 12 Desember 2013
10 nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul paling mulia. Amma ba’du.
Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:
Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.
Kedua, merasa malu kepada Allah… Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya… Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah…
Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu……
Apabila engkau berlimpah nikmat
maka jagalah, karena maksiat
akan membuat nikmat hilang dan lenyap
Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.
Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya
Kelima, mencintai Allah… karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya… Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.
Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya… Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat…
Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri… karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati…
Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.
Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.
Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas… yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati… Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru.
***
(Diterjemahkan dari artikel berjudul ‘Asyru Nashaa’ih libnil Qayyim li Shabri ‘anil Ma’shiyah, www.ar.islamhouse.com)
Doa Memacu Semangat!
Seorang muslim memiliki banyak tugas dan hal yang harus dikerjakan selama menjalani kehidupan di dunia ini. Ada hak Allah, hak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan hak Islam yang harus ia tunaikan. Ada hak orang tua, hak anak, hak istri, hak kerabat, hak tetangga dan hak tamu yang harus ia kerjakan. Ada hak sesama muslim dan bahkan hak kepada non muslim yang juga harus ia laksanakan.
Di hadapan banyak tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang muslim dituntut untuk selalu memiliki kesehatan fisik dan ketegaran mental. Semangat tinggi untuk selalu berbuat, berkarya dan beramal harus senantiasa dinyalakan. Kemalasan dan keloyoan semangat harus dienyahkan karena keduanya hanya akan menjadi benalu yang menggerogoti keistiqamahan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sangat memahami hakekat ini. Sebagai kekasih Allah Ta'ala yang memiliki grafik keimanan yang selalu meningkat, beliau sangat menyadari kemungkinan umatnya terjangkiti oleh virus kemalasan dan keloyoan semangat. Bagaimanapun, umatnya adalah manusia biasa yang grafik keimanannya mengalami pasang dan surut, naik dan turun.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sangat mencintai umatnya. Maka beliau selalu menginginan kebaikan bagi umatnya. Salah satu bentuknya adalah doa-doa yang beliau ajarkan kepada umatnya agar mereka bisa menjaga keistiqamahan amal mereka dan terhindar dari virus ganas bernama kemalasan dan keloyoan semangat.
Berikut ini sebagian doa yang beliau shallallahu 'alaihi wa salam ajarkan sebagai pemacu semangat dan pengusir kemalasan.
Doa Pertama
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa salam berdoa:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ،
وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالجُبْنِ وَالبُخْلِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ،
وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ»
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan,
kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, tindihan hutang dan
penindasan orang." (HR. Bukhari no. 6369)Doa Kedua
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa salam berdoa:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ،
وَالجُبْنِ وَالهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا
وَالمَمَاتِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ»
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan,
kepengecutan dan usia pikun, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah
kehidupan (tertipu oleh keindahan dunia) dan fitnah kematian (mati
dengan cara yang buruk, suul khatimah) dan aku berlindung kepada-Mu dari
azab kubur." (HR. Bukhari no. 2823 dan Muslim no. 2706)Doa Ketiga
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam biasa membaca doa perlindungan dengan membaca:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ، وَأَعُوذُ
بِكَ مِنَ الجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ
البُخْلِ»
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, aku berlindung
kepada-Mu dari kepengecutan, aku berlindung kepada-Mu dari usia pikun
dan aku berlindung kepada-Mu dari kekikiran." (HR. Bukhari no. 6371)Doa Keempat
Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam berdoa:
«اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ،
وَالْجُبْنِ، وَالْبُخْلِ، وَالْهَرَمِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، اللهُمَّ آتِ
نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ
وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا
يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ
دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا»
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, usia pikun dan azab kubur.Ya Allah, berilah jiwaku ketakwaan, sucikanlah jiwaku karena Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwa. Engkaulah Yang mengurus dan mendidik jiwa.
Ya Allah berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', hawa nafsu yang tak pernah puas dan doa yang tidak dikabulkan."(HR. Muslim no. 2722 dan Ahmad no. 19308)
Mari kita menjaga semangat dan mengusir kemalasan, agar kita bisa berada dalam jalur orang-orang yang senantiasa istiqamah dan menutup amalnya dengan husnul khatimah. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bish-shawab. (muhib almajdi/arrahmah.com)
Langganan:
Postingan (Atom)