Times To Change!

Sesungguhnya Allah tidak akan Merubah nasib suatu kaum Sebelum mereka berusaha merubahnya Sendiri
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, wassholatu wassalamu ‘ala nabiyina Muhammad, wa’ala alihi wa’ashobihi ajma’in.
Jika kita perhatikan, tidak sedikit orang sekarang yang mengatakan,
mengapa Allah tidak memberikan petunjuk kepada semua manusia, padahal
Allah mampu melakukannya.
Jika Allah memang memang maha kaya, kenapa
tidak semua orang dijadikan kaya sehingga tidak ada kemiskinan,
kebodohan dan berbagai persoalan lainnya di muka bumi ini. Dan masih
banyak pertanyaan serupa yang intinya meragukan kekuasaan dan keadilan
Allah.
Maka, pertanyaan ini sebenarnya sudah dijawab oleh banyak
ulama. Salah satunya adalah Syaikh bin Baz ketika beliau pernah ditanya,
bagaimana tafsir ayat Allah yang berbunyi, Yaitu Surat Arraad Ayat 11
Sebagai berikut
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri?
Maka syaikh menjawab, ayat ini adalah ayat yang jelas, yang menunjukkan
keadilan Allah dimana Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum kecuali
dengan syarat.
Syaratnya adalah bahwa mereka harus meniti jalan
kebaikan untuk perubahan kearah yang lebih baik, dan jika yang mereka
lalui jalan kejelekan, maka perubahan pun kearah yang semakin jelek.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah mendholimi hamba-Nya,
وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ
Tidaklah Allah berlaku dholim kepada hamba-Nya
Allah akan membalas apapun yang dilakukan oleh manusia. Jika berbuat
kebaikan ia akan mendapatkan kebaikan, jika berbuat kejelekan maka ia
akan mendapatkan kejelekan pula.
Manusia saja yang terlalu sering
lupa memaknai hidup ini. Mereka merasa diri paling berkuasa dan mampu
melakukan segala sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya.
Mereka
berdalih bahwa ketika menciptakan manusia, Tuhan telah memberikan
kemampuan yang sama agar mereka mampu menemukan kebenaran. Tetapi hal
ini kemudian dimaknai dengan berlepas dirinya mereka dari dalil-dalil
Al-quran dan sunnah menuju dalil yang sekedar mengandalkan logika.
Bahkan tidak sedikit pula diantara manusia termakan dengan pemikiran
para filsafat yang percaya bahwa eksistensi hanya bisa dirasakan dengan
penglihatan dan rabaan. Karena Tuhan tidak bisa di lihat dan diraba maka
hakikatnya Tuhan tidak ada sebagai refleksi dari perasaan takut saja.
Na’udzubillah, kita berlindung kepada Allah dari pemikiran semacam ini.
Itulah manusia yang cenderung bersifat durhaka kepada Tuhannya.
Meskipun punya potensi kebaikan dan keburukan, tetapi kebanyakan di
antara mereka mengikuti jalan yang sesat dan menyesatkan orang lain.
Mereka adalah orang-orang yang terlalu bersuka cita ketika mendapatkan
nikmat dan bersedih ketika nikmat tersebut diambil oleh Allah. Mereka
lupa bahwa hakikat kehidupan ini sudah ditentukan semuanya oleh Allah.
Sungguh mereka adalah orang-orang yang lalai, tidak bersyukur dan
berlebihan. Merekalah orang-orang yang akan mendapatkan siksa Allah
sebagaimana firman-Nya,
وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lalai dengan apa yang mereka
orang-orang dholim lakukan, sesungguhnya diakhirkan kepada mereka pada
suatu hari ketika mereka tidak bisa melihat.
Sebaliknya mereka yang
mendapat musibah, melakukan suatu kemaksiatan, kemudian mereka bertaubat
kepada Allah dengan penuh harap (taubatnya diterima) dan dia istikomah
di atas ketaatan, maka Allah akan merubah keadaan mereka dari berbagai
penderitaan dan kemiskinan kepada kenikmatan dan keindahan hidup karena
perbuatan baik mereka dan taubatnya kepada Allah.
Dari dari hal ini jelas,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Hal itu karena Allah tidak akan mengubah nikmat yang diberikannya
kepada suatu kaum sampai mereka mengubah dengan dirinya sendiri.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa jika kita berada dalam keadaan
melakukan kebaikan, jauh dari kemaksiatan, bahkan berusaha untuk
senantiasa berusaha untuk istiqomah dalam ketaatan, maka kita akan
mendapatkan kebaikan yang tidak ada sesuatu yang lebih baik darinya
yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga kita termasuk
orang-orang yang senantiasa berubah menjadi lebih baik dalam menjalani
setiap detik kehidupan kita dengan semakin memperbanyak amalan sholeh
dan terjauhkan dari semua yang dilarang Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar